Sabtu, Januari 15, 2022

CITRA WARGA TATKALA TERSIAT MAKNA CINTANYA TERHADAP TANAH AIR YANG TERCINTA


I
Kami sentiasa tergerak sambil menjunjung bendera moyang
Kami diikat di bawah bimbung harapan-harapan wawasan
Kami dikumpul merapatkan segala citra seniman.
 
Bendera sebenarnya berkibar matabatin yang yakin
bertebar, memutar angin peralihan, membina minda wira
mara menyemarak tinta.
Wawasan sesungguhnya rumah jati diri mengubah waja berani
fajar bakti merelung bumi, tanah air kami, diikat seutuhnya
tanpa sedikit pun luntur ketika tunas sudah menjadi pohon rimbun
Hanya seniman yang membina bangsanya, mentafsir
ketulusan warga, menterjemah kata mekar juang
siaga memartabat negara, satu, tiada dua!
 
II
Kami, kumpulan wira bumi yang kecil tapi bernas dan ceria
Kami, kumpulan warga terampil yang menjunjung sejuta citra
Kami, kumpulan muda yang menjulang tinggi cita-cita.
 
Kami tak undur walaupun satu, satu tak bertinta
dan satu, satu tak berdarah merah
walaupun satu, satu kehilangan kata-kata
dan satu, satu tak berpunca hala.
Di sini daerah kami yang murni, memelihara makna percaya
seiring berganding fikirdan bicara
meletakkan pedoman masa silam meraih makna masa depan.
 
Di tangan kami dunia harus menebus segala luka sengketa
segala luka dusta, segala luka haloba
 
III
Beginilah tatkala tersiat di dada pisau makna cinta
mencairkan beku darah yang kemudian terbakar,
membuaki bahangnya ke seluruh rasa
menyeberang ke jambatan batin, membakarnya, kemudian
tertegun apabila siap tiang bendera yang akan dikibarkan
dan berarak segak, bangga siaga menuju rumah hari depan.
 
 
1994

Tiada ulasan: