Isnin, November 10, 2008

"Tsunami Bukan Hanya Nama" - Petikan Laporan HSPM 2004-2005

"Tsunami Bukan Hanya Nama" mengambil tragedi tsunami yang melanda Acheh. Kepada pengarang, setiap yang terjadi tidak harus dipandang remeh. Fenomena terjadi seiring hikmah yang terselindung di sebaliknya. Tuhan mengingatkan manusia agar bersatu bersamanya. Selain itu, mereka seharusnya juga meningkatkan ketakwaan kepada Yang Maha Esa. Bahasa pengarang sederhana. Tetapi, kesederhanaan ini tidak bermakna puisi ini tipis esetiknya. Keupayaan pengarang menyesuaikan pemilihan diksi dengan pemikiran menarik perhatian. Penjelmaan pengucapan cipta seni sangat menarik. Menarik sahaja juga belum mencukupi. Ia membangunkan kesan dalam minda dan emosi. Kekuatan ini sukar ditemukan, khususnya dalam penulisan masa kini. Makanya, pembaca puisi ini memberikan impak lain yang lebih mengesankan.


- Laporan Hadian Sastera Perdana 2004-2005
Kategori Puisi Eceran (Dewan Sastera, November 2008, M/Surat 15)

TSUNAMI BUKAN HANYA NAMA

dengan apakah
harus menundanya
bila berakhir rawan pun lahir
muram mencatatkanderita daratan
kenangan berulit sulittrauma berbunga berzaman

pertemuan ini hebat
perkenalan yang mengajar
tenat yang getargegar yang mencalar
damai pantai
melupakan gelombang kecil
yang sering bermain di giginya
menjadi lorong ajaib
sebuah perjalananyang teruja

demikian kias alamidalam kelam lorong
cahaya mendorong
makna kemulusan diri
tsunami hanya gelombang kecil
dari seluruh gelombang keagungan-Nya
titiknya di cermin pandang
peristiwa demi peristiwa
menguji alpa

tsunami bukan hanya nama
tapi gelombang ini
melebar andatila diri
mengakar ukhuwah
tidak juga hanya sejarah
tapi lorong untuk pasrah.

HASYUDA ABADI,
Ikatan Penulis Sabah,
6 Januari 2005


Tersiar dalam Dewan Sastera
keluaran April 2005 M/Surat 34

Tiada ulasan: