MENIKAHI HUJAN
kita berjabat salam selepas menyediakan saham menjelang kita bersantun bahasa sahabat yang selalu menghilang di tengah hujan rupanya bahasa kita diungkapkan setelah lama tak bersapa dari hujan-hujan masa lalu basah di dahimu dan simpul tawa yang mengundang fikir berdesir masa lalu bersimpang siur masa bertemu di bawah langit Tuhan rupanya kau menikahi hujan! barangkali kerana hilang dalam ribut bulan disember dari hujan renyai ini munculmu dalam bahasa hujan yang dingin tidak seperti selalu riuh tak bermusim amarah tak tentu cuaca sekarang kau menikahi hujan siapakah kau sekarang?jangan berikan jawapanmu orang tahu kau tak mungkin malu kecuali menerokai ribut bulan disember yang lalu kau menemukan aku mawar di bawah jendela langit awan kumulus yang dingin menakluk, ingatilah ini sahabat walaupun hujan membawamu pulang selamatlah putera puteri hujanmu membawa bahagia duniamu. Kota Kinabalu28 September 2001
Puisi "Menikahi Hujan"
karya Hasyuda Abadi ini sangat kaya dengan makna simbolik dan refleksi tentang
hubungan antara dua individu, kenangan, dan perasaan yang terjalin di antara
keduanya. Puisi ini menonjolkan tema tentang pertemuan dan perpisahan,
perubahan dalam diri, serta penerimaan terhadap kondisi yang datang bersama
hujan—sebagai simbol kehidupan, perasaan, dan waktu yang terus bergerak. Mari
kita analisis lebih lanjut.
1. Struktur dan Gaya Bahasa
Puisi ini terdiri dari beberapa bait dengan penggambaran yang liris dan penuh perasaan. Gaya bahasanya reflektif, introspektif, dan menggunakan banyak metafora serta simbolisme. Hujan sebagai metafora memainkan peran penting dalam menjelaskan berbagai nuansa perasaan yang dihadapi oleh narator dan tokoh dalam puisi.
2. Simbol Hujan
Hujan dalam puisi ini bukan
sekadar cuaca atau fenomena alam, tetapi lebih sebagai simbol perasaan,
kenangan, dan perubahan. Hujan menggambarkan perasaan yang datang dan pergi,
serta peristiwa yang berulang dalam hidup yang meninggalkan bekas. Ada kesan bahwa
hujan membawa dua sisi—kebahagiaan dan kesedihan—seperti halnya hubungan yang
terkadang penuh gejolak namun tetap membawa kedamaian atau kelegaan setelahnya.
- "Menikahi hujan"
adalah metafora yang kuat. Ini menunjukkan bahwa tokoh yang dimaksud bukan
hanya menerima hujan, tetapi juga berkomitmen pada hujan itu, seperti dalam
hubungan yang penuh perubahan dan ketidakpastian. Ada penekanan bahwa perasaan
tersebut telah mengakar dalam kehidupan mereka, mungkin karena hujan itu
membawa kenangan yang tidak bisa dilupakan.
3. Perenungan tentang Kenangan
dan Waktu
Puisi ini membawa pembaca untuk
kembali mengenang masa lalu dan menghadapi kenangan yang datang dengan hujan.
Hujan dalam bait pertama disebut sebagai sesuatu yang muncul "dari
hujan-hujan masa lalu", menunjukkan bahwa hubungan ini memiliki akar yang
dalam di masa lalu. Ada rasa melankolis ketika kenangan lama kembali
mengingatkan pada sosok seseorang yang dulu sangat dekat.
- "Basah di dahimu" dan
"simpul tawa yang mengundang fikir berdesir"** memperlihatkan betapa
kenangan itu begitu hidup dalam benak narator. Hujan seakan-akan menghidupkan
kembali perasaan yang lama terkubur, membawa kembali masa lalu yang penuh
dengan keceriaan, tawa, atau bahkan kesedihan yang kini terasa lebih jelas.
4. Pertemuan dan Perubahan
Pada bait kedua dan ketiga, ada penekanan pada pertemuan kembali yang penuh dengan pertanyaan. Tokoh yang disebut dalam puisi ini tampaknya mengalami perubahan besar, yang ditandai dengan ungkapan "menikahi hujan". Dalam konteks ini, hujan bukan hanya menggambarkan cuaca, tetapi juga perasaan yang telah berubah seiring waktu, bahkan mungkin menjadi sebuah keputusan atau komitmen yang tak terhindarkan.
- "Barangkali kerana hilang
dalam ribut bulan disember" menunjukkan perasaan kesulitan atau kekosongan
yang dialami di masa lalu. Bulan Desember di sini bisa menjadi simbol waktu
yang penuh dengan kenangan pahit atau sulit, yang berhubungan dengan perasaan
kehilangan atau kegelisahan. Kemunculan tokoh tersebut, "dalam bahasa
hujan yang dingin", memperlihatkan bahwa mereka kini berbeda, lebih
dingin, atau lebih introspektif dibandingkan sebelumnya.
5. Pertanyaan dan Pencarian
Identitas
Frasa "Siapakah kau
sekarang?" adalah pertanyaan yang menggugah, menunjukkan adanya
kebingungan atau perasaan terasing dengan perubahan yang terjadi pada diri
tokoh tersebut. Perubahan ini, yang tercermin dalam "menikahi hujan",
menandakan sebuah transformasi yang mungkin sulit dipahami oleh narator, atau
bahkan oleh tokoh itu sendiri. Di sini, narator tampak mencari pemahaman
tentang siapa tokoh itu sekarang, setelah melalui banyak perubahan.
6. Refleksi dan Harapan
Meskipun puisi ini memiliki nada
melankolis dan penuh pencarian, bagian akhir puisi membawa pesan yang lebih
penuh harapan dan penerimaan. Meskipun hujan bisa mengandung perasaan sedih dan
kehilangan, hujan juga bisa membawa kelegaan dan kebahagiaan. **"Walaupun
hujan membawamu pulang / selamatlah putera puteri hujanmu / membawa bahagia
duniamu"** mengindikasikan bahwa meskipun segala perubahan itu tidak bisa
dihindari, ada harapan untuk kebahagiaan yang akan datang setelah segala
kesulitan.
7. Kekuatan Imaji dalam Puisi
Imaji dalam puisi ini sangat
kuat, terutama pada bagian-bagian seperti "mawar di bawah jendela
langit" dan "awan kumulus yang dingin menakluk". Mawar sebagai
simbol cinta atau harapan ditempatkan di bawah jendela langit, seakan
menunjukkan bahwa perasaan itu terjaga meskipun dalam keterbatasan ruang dan
waktu. Awan kumulus yang menaklukkan mengandung makna tentang perasaan yang
mungkin kuat namun juga penuh dengan ketidakpastian.
8. Penutupan yang Menggugah
Puisi ini ditutup dengan harapan
agar "putera puteri hujanmu" dapat menemukan kebahagiaan dalam dunia
mereka, meskipun diliputi oleh hujan dan segala perubahan yang ada. Ada
kedalaman dalam ungkapan ini, karena hujan di sini tidak hanya mewakili
kesedihan atau perubahan, tetapi juga perjalanan hidup yang terus berlanjut.
Kesimpulan
Puisi "Menikahi Hujan"
adalah refleksi mendalam tentang hubungan yang penuh perubahan, kenangan, dan
penerimaan terhadap waktu dan perasaan. Hujan sebagai simbol memberi gambaran
tentang perasaan yang datang dan pergi, tentang pertemuan dan perpisahan, serta
tentang perjalanan menuju penerimaan dan kebahagiaan. Penulis menggambarkan
sebuah perjalanan emosional yang kompleks dengan penggunaan bahasa yang penuh
metafora dan simbolisme. Sebuah puisi yang tidak hanya menyentuh perasaan,
tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang arti perubahan dan kenangan
dalam hidup mereka.