Khamis, November 14, 2024

RUMAH KITA


UNGKAPAN "Dulu rumah kita kita jaga, sekarang rumah kita orang lain jaga" mengandung makna simbolik yang dapat ditafsirkan dari berbagai sudut pandang, termasuk sosial, budaya, dan moral. Secara umum, ungkapan ini mengilustrasikan perubahan nilai, peranan, atau tanggungjawab yang terjadi dalam kehidupan manusia, khususnya dalam konteks hubungan dengan lingkungan, identiti, dan rasa memiliki.

Ungkapan ini menggambarkan perubahan fungsi dan peranan "rumah" dari masa ke masa. Secara harfiah, "rumah" merujuk kepada tempat tinggal atau simbol keluarga, namun secara metaforis, "rumah" melambangkan masyarakat, bangsa, atau identiti kita.  

Ketika "rumah menjaga kita," hal ini bererti rumah tersebut melindungi, memberikan kenyamanan, keamanan, dan rasa memiliki. Rumah berfungsi sebagai pelindung alami yang menjaga keberlangsungan hidup kita, baik secara fizikal mahupun emosional. Dalam konteks yang lebih luas, ini juga menggambarkan masyarakat atau lingkungan yang memberi rasa aman dan menjaga nilai-nilai tradisional.

Ketika "rumah kita dijaga orang lain," ini menandakan hilangnya rasa tanggungjawab atau ketergantungan pada pihak luar untuk memelihara sesuatu yang dulunya menjadi bahagian dari identiti atau kelaziman kita. Hal ini dapat diertikan sebagai perubahan pola hidup, di mana kita menyerahkan tugas menjaga rumah (atau identiti) kepada orang lain, baik kerana ketidakmampuan, kesibukan, atau kurangnya kepedulian, bahkan disebabkan 'rasa terpaksa' atau ada 'muslihat' yang sulit dijelaskan kepada umum.
       
Ungkapan ini boleh dilihat sebagai kritik terhadap ketergantungan yang semakin besar pada pihak luar. Misalnya dalam konteks rumah tangga, dulu orang-orang menjaga rumah mereka sendiri, merawat dan membersihkan secara mandiri. Namun, kini ada kecenderungan menyerahkan tanggung jawab itu kepada orang lain, seperti pembantu rumah tangga atau penjaga profesional.  
        
Sementara dalam konteks sosial, ungkapan ini mencerminkan bagaimana masyarakat moden cenderung menyerahkan urusan menjaga nilai-nilai budaya, adat, atau lingkungan kepada pihak ketiga, seperti 'pemerintahan' atau organisasi non-pemerintah, alih-alih memikul tanggung jawab sendiri.
        
Ungkapan ini juga bisa mencerminkan hilangnya rasa memiliki terhadap sesuatu yang dulu sangat penting. Ketika orang lain menjaga rumah kita, ini menunjukkan kita semakin jauh dari akar kita sendiri, baik secara emosional maupun fizikal. Hal ini sering terjadi dalam masyarakat ini di mana mobiliti tinggi dan globalisasi mengubah cara orang berinteraksi dengan tempat asal atau budaya mereka.
           
Dalam konteks budaya, ungkapan ini menggambarkan bagaimana masyarakat tradisional yang dulu menjaga adat, bahasa, dan warisan budaya kini mulai bergantung pada orang luar untuk melestarikannya. Misalnya, upaya melestarikan budaya tradisional sering kali lebih digerakkan oleh komuniti akademik atau lembaga luar dibanding masyarakat asli itu sendiri.  
        
Dalam konteks lingkungan, "rumah" mungkin dilihat sebagai planet atau ekosistem. Dahulu, manusia menjaga keseimbangan alam dengan cara hidup yang berkelanjutan. Namun kini, tugas menjaga lingkungan seringkali diserahkan kepada aktivis atau organisasi tertentu, sementara sebahagian besar masyarakat bersikap pasif.
    
Ungkapan ini dapat dijadikan sebagai pengingat untuk merefleksikan kembali tanggungjawab kita terhadap apa yang menjadi milik kita. Ia mengajak kita untuk kembali mengambil peranan aktif dalam menjaga rumah, baik secara harfiah maupun simbolis, agar tetap menjadi tempat perlindungan yang autentik dan berfungsi sebagaimana mestinya.
    

Ungkapan "Dulu rumah kita kita jaga, sekarang rumah kita orang lain jaga" menggambarkan pergeseran nilai, tanggung jawab, dan hubungan kita dengan "rumah" dalam berbagai aspek kehidupan. Ia mengkritik ketergantungan pada pihak luar serta mengingatkan kita untuk kembali kepada tanggungjawab peribadi atau kolektif dalam menjaga apa yang menjadi milik kita. Ungkapan ini mengandung pesanan moral yang relevan di tengah perubahan sosial, budaya, politik dan lingkungan yang kita alami hari ini. Ia juga memberikan makna kita telah terjebak kepada sesuatu muslihat yang sukar dibendung, Getirnya suatu perjuangan kepada kemandirian yang mahu tidak mahu dilupakan atau terpaksa dilupakan. Suatu ungkapan yang sangat vital kepada generasi akan datang dan suatu kepahitan yang terpaksa ditelan!








Tiada ulasan: