sebagai ayah entah apakah yang pernah dihargai, anak
dulu membelai manja menjadi majnunnya malah seawal bayi merah, mengawal waktunya, sering juga berjaga waktu matahari tiba sinar pertamanya memberikan cahaya, sederap langkah sebelum itu merangkak di bawah asuhan dan pandai berjalan, berlari sendiri
sebagai ayah entah apakah yang pernah dihargai, anak
melebihi hayat seorang ibu, ada makna akrab yang mendekatkan naluri kasih lebih daripada insani lebih daripada segalanya, waktu-waktu berlalu dan berarus tanpa pernah berkata apa atau memandang silih berganti hari-hari yang membesarkan melihat suntimu kini lebih daripada itu, bijak memilih pilihan bau cuaca dan kegemaran pada mata seorang anak dara
sebagai ayah entah apakah yang pernah dihargai, anak
menyalur halus kasih sayang biar apa pun yang harus datang dan menghalang, malang atau walang, derita atau ria suka bahkan menyimpan rahsia peribadi, memahami raung ruang remaja, mengerti malah erti cinta biarpun cuma anak-anak hingusan yang baru membesar didewasakan bacaan atau tontonan zaman
sebagai ayah entah apakah yang pernah dihargai, anak
memandang ada duka yang bertamu di dalamnya, nestapa api yang membakar perih pedih pilu luluh! ungkapan apa lagi, anak suara ini hanya lagu-lagu yang didendangkan tanpa makna bukan sebuah gerakan kasih sayang yang luhur sambil hanya melihat celoteh sentiasa saja terjadi dan terjadi. dan sajak ini terjadi diabadikan di sini dengan derai air mata
sebagai ayah entah apakah yang pernah menghargainya, anak!
:: Tersiar di Akhbar Harian Ekpress, Sabah
:: Salah sebuah puisi yang menerima Hadiah Sastera Sabah 2006-2007
:: Klik ulasan puisi di sini.
Tiada ulasan:
Catat Ulasan