Selasa, Jun 10, 2008

DENGAN APAKAH SAJAK HARUS DIBAYAR?

para penyair menghasilkan sajak-sajak
menghantar ke media massa
menghantar ke dewan bahasa dan pustaka
sajak-sajak pun dibayar
sekian-sekian harganya

para penyair menyair di mana-mana
tak kira pentas dan khalayaknya
rakyat yang taat bahkan pak menteri
yang sesekali bergelombang resah di hati

para penyair ke hulu ke hilir
apabila tak lagi dipanggil
bak cacing di siram panas mentari
ingin meletakkan suaranya seperti biasa
tak kira pentas, di mana saja

para penyair melihat harga sajak
berapakan rm untuk sebuah sajak, dua buah sajak,
lima buah sajak, seratus buah sajak
penyair menulis dan membacakan sajak-sajaknya
ke hulur ke hilir memperdengarkan hujahseninya
sajak-sajakku ada harga, katanya,
dari suaraku yang kupelihara
dalam nafas nafsuku mencitrakan sesuatu
penuh ilmu yang kubaca dari ribuan buku

lantaran itu pemerintah memberinya sekian sekian rm
dan dibacalah sajak demi sajak
di hadapan khayalak yang dikumpulkan
di kalangan pelajar, siswa dan para penyair asli
tiba-tiba seorang bertanya di antara wartawan
sajak-sajakmu tidak setanding lirik Perdana Menteri
suara dalam sajakmu tidak setara suara Perdana Menteri
tangisanmu tidak sehiba tangisan Perdana Menteri!

para penyair sudah kehilangan kerja
rm untuk harga sajak-sajak ke hulu ke hilir itu
baik jadi belanja membeli saputangan mengesar air mata
orang tua yang membaca sajak-sajak sunyinya
orang tua yang medeklamasikan sajak-sajak purba
sedang tak siapa mendengar suaranya
di kalangan pelajar yang digahkan publisiti
siswasiswi dah tak mengerti basa basi

dengan apakah sajak harus dibayar
tanyaku pada kewartawanan diriku...


Taman Puterajaya,
Telipok, Sabah.
13.2.2002.

Reaksi Fudzail.

Tiada ulasan: