Khamis, November 07, 2024

ANALISIS PUISI 'Menikahi Hujan'


MENIKAHI HUJAN
kita berjabat salam
selepas menyediakan saham
hari depan yang kita tahu tak tahu bila
menjelang
kita bersantun bahasa sahabat
yang selalu menghilang di tengah hujan
rupanya bahasa kita diungkapkan
setelah lama tak bersapa
dari hujan-hujan masa lalu
basah di dahimu
dan simpul tawa yang mengundang
fikir berdesir
masa lalu bersimpang siur
masa bertemu di bawah langit Tuhan
rupanya kau menikahi hujan!
barangkali kerana hilang dalam ribut
bulan disember
dari hujan renyai ini munculmu
dalam bahasa hujan yang dingin
tidak seperti selalu
riuh tak bermusim
amarah tak tentu cuaca
sekarang kau menikahi hujan
siapakah kau sekarang?
jangan berikan jawapanmu
orang tahu kau tak mungkin malu
kecuali menerokai ribut bulan disember yang lalu
kau menemukan aku mawar di bawah jendela langit
awan kumulus yang dingin menakluk,
ingatilah ini sahabat
walaupun hujan membawamu pulang
selamatlah putera puteri hujanmu
membawa bahagia duniamu.
Kota Kinabalu
28 September 2001

Puisi "Menikahi Hujan" karya Hasyuda Abadi ini sangat kaya dengan makna simbolik dan refleksi tentang hubungan antara dua individu, kenangan, dan perasaan yang terjalin di antara keduanya. Puisi ini menonjolkan tema tentang pertemuan dan perpisahan, perubahan dalam diri, serta penerimaan terhadap kondisi yang datang bersama hujan—sebagai simbol kehidupan, perasaan, dan waktu yang terus bergerak. Mari kita analisis lebih lanjut.

 1. Struktur dan Gaya Bahasa

Puisi ini terdiri dari beberapa bait dengan penggambaran yang liris dan penuh perasaan. Gaya bahasanya reflektif, introspektif, dan menggunakan banyak metafora serta simbolisme. Hujan sebagai metafora memainkan peran penting dalam menjelaskan berbagai nuansa perasaan yang dihadapi oleh narator dan tokoh dalam puisi.

2. Simbol Hujan

Hujan dalam puisi ini bukan sekadar cuaca atau fenomena alam, tetapi lebih sebagai simbol perasaan, kenangan, dan perubahan. Hujan menggambarkan perasaan yang datang dan pergi, serta peristiwa yang berulang dalam hidup yang meninggalkan bekas. Ada kesan bahwa hujan membawa dua sisi—kebahagiaan dan kesedihan—seperti halnya hubungan yang terkadang penuh gejolak namun tetap membawa kedamaian atau kelegaan setelahnya.

- "Menikahi hujan" adalah metafora yang kuat. Ini menunjukkan bahwa tokoh yang dimaksud bukan hanya menerima hujan, tetapi juga berkomitmen pada hujan itu, seperti dalam hubungan yang penuh perubahan dan ketidakpastian. Ada penekanan bahwa perasaan tersebut telah mengakar dalam kehidupan mereka, mungkin karena hujan itu membawa kenangan yang tidak bisa dilupakan.

3. Perenungan tentang Kenangan dan Waktu

Puisi ini membawa pembaca untuk kembali mengenang masa lalu dan menghadapi kenangan yang datang dengan hujan. Hujan dalam bait pertama disebut sebagai sesuatu yang muncul "dari hujan-hujan masa lalu", menunjukkan bahwa hubungan ini memiliki akar yang dalam di masa lalu. Ada rasa melankolis ketika kenangan lama kembali mengingatkan pada sosok seseorang yang dulu sangat dekat.

- "Basah di dahimu" dan "simpul tawa yang mengundang fikir berdesir"** memperlihatkan betapa kenangan itu begitu hidup dalam benak narator. Hujan seakan-akan menghidupkan kembali perasaan yang lama terkubur, membawa kembali masa lalu yang penuh dengan keceriaan, tawa, atau bahkan kesedihan yang kini terasa lebih jelas.

4. Pertemuan dan Perubahan

Pada bait kedua dan ketiga, ada penekanan pada pertemuan kembali yang penuh dengan pertanyaan. Tokoh yang disebut dalam puisi ini tampaknya mengalami perubahan besar, yang ditandai dengan ungkapan "menikahi hujan". Dalam konteks ini, hujan bukan hanya menggambarkan cuaca, tetapi juga perasaan yang telah berubah seiring waktu, bahkan mungkin menjadi sebuah keputusan atau komitmen yang tak terhindarkan.

- "Barangkali kerana hilang dalam ribut bulan disember" menunjukkan perasaan kesulitan atau kekosongan yang dialami di masa lalu. Bulan Desember di sini bisa menjadi simbol waktu yang penuh dengan kenangan pahit atau sulit, yang berhubungan dengan perasaan kehilangan atau kegelisahan. Kemunculan tokoh tersebut, "dalam bahasa hujan yang dingin", memperlihatkan bahwa mereka kini berbeda, lebih dingin, atau lebih introspektif dibandingkan sebelumnya.

5. Pertanyaan dan Pencarian Identitas

Frasa "Siapakah kau sekarang?" adalah pertanyaan yang menggugah, menunjukkan adanya kebingungan atau perasaan terasing dengan perubahan yang terjadi pada diri tokoh tersebut. Perubahan ini, yang tercermin dalam "menikahi hujan", menandakan sebuah transformasi yang mungkin sulit dipahami oleh narator, atau bahkan oleh tokoh itu sendiri. Di sini, narator tampak mencari pemahaman tentang siapa tokoh itu sekarang, setelah melalui banyak perubahan.

 6. Refleksi dan Harapan

Meskipun puisi ini memiliki nada melankolis dan penuh pencarian, bagian akhir puisi membawa pesan yang lebih penuh harapan dan penerimaan. Meskipun hujan bisa mengandung perasaan sedih dan kehilangan, hujan juga bisa membawa kelegaan dan kebahagiaan. **"Walaupun hujan membawamu pulang / selamatlah putera puteri hujanmu / membawa bahagia duniamu"** mengindikasikan bahwa meskipun segala perubahan itu tidak bisa dihindari, ada harapan untuk kebahagiaan yang akan datang setelah segala kesulitan.

7. Kekuatan Imaji dalam Puisi

Imaji dalam puisi ini sangat kuat, terutama pada bagian-bagian seperti "mawar di bawah jendela langit" dan "awan kumulus yang dingin menakluk". Mawar sebagai simbol cinta atau harapan ditempatkan di bawah jendela langit, seakan menunjukkan bahwa perasaan itu terjaga meskipun dalam keterbatasan ruang dan waktu. Awan kumulus yang menaklukkan mengandung makna tentang perasaan yang mungkin kuat namun juga penuh dengan ketidakpastian.

8. Penutupan yang Menggugah

Puisi ini ditutup dengan harapan agar "putera puteri hujanmu" dapat menemukan kebahagiaan dalam dunia mereka, meskipun diliputi oleh hujan dan segala perubahan yang ada. Ada kedalaman dalam ungkapan ini, karena hujan di sini tidak hanya mewakili kesedihan atau perubahan, tetapi juga perjalanan hidup yang terus berlanjut.

Kesimpulan

Puisi "Menikahi Hujan" adalah refleksi mendalam tentang hubungan yang penuh perubahan, kenangan, dan penerimaan terhadap waktu dan perasaan. Hujan sebagai simbol memberi gambaran tentang perasaan yang datang dan pergi, tentang pertemuan dan perpisahan, serta tentang perjalanan menuju penerimaan dan kebahagiaan. Penulis menggambarkan sebuah perjalanan emosional yang kompleks dengan penggunaan bahasa yang penuh metafora dan simbolisme. Sebuah puisi yang tidak hanya menyentuh perasaan, tetapi juga mengajak pembaca untuk merenung tentang arti perubahan dan kenangan dalam hidup mereka.


Tiada ulasan: